Syariah finance part II

Hmm sudah agak lama sejak post yang pertama, tapi gapapa yang penting semangatnya haha.

Melanjutkan bahasan tentang syariah finance, setelah tulisan pertama penulis menerangkan apa itu riba. Nah di tulisan kali ini penulis akan coba menjabarkan bagaimana sistem finance itu sendiri yang terjadi pada dunia modern ini dan bagaimana perbandingannya dengan sistem finansial syariah.

Jika kita garis bawahi pokok kesimpulan dari bahasan pertama (https://frhanf.wordpress.com/2012/01/15/syariah-finance/) adalah bahwa riba itu bisa menyebabkan ketidakridhaan pada salah seorang pihak yang terlibat dalam perdagangan dan jika ada pihak yang tidak ridha karena merasa dizalimi  maka ridha Allah pun tidak akan turun pada perdagangan tersebut dan jika usaha kita tidak di ridhai apa gunanya kita berusaha?

Mari kita lihat contoh kasus berikut :

Badrun seorang mahasiswa yang ingin mandiri dengan memulai usaha, seperti bisnis starter pada umumnya Badrun tidak memiliki modal untuk memulai usahanya oleh sebab itu dia meminjam modal kepada ayahnya sebesar 10 juta. Kemudian Badrun menjanjikan pada ayahnya bahwa dalam jangka waktu satu tahun modal tersebut akan Badrun kembalikan plus dengan bunga 10% artinya jumlah yang didapat oleh sang ayah pada akhir tahun adalah 11 juta. Nah jika sudah begini apakah transaksi tersebut termasuk kedalam riba? mari kita lihat.

Pertanyaan mendasar yang harus dijawab adalah darimana si Badrun menentukan bahwa dia akan mengembalikan senilai 110% dari nilai pinjamannya? darimana angka margin 10% tersebut keluar? Jika kita tinjau lagi hadits kurma penentuan nilai 10% ini tidak bisa dilakukan sebab kita tidak tahu kondisi pasar ketika usaha Badrun berjalan, mungkin saja usaha Badrun bisa berhasil tapi tidak menutup kemungkinan usaha Badrun juga akan gagal dan tidak ada satupun yang bisa menjamin. Ketika usaha Badrun lancar jaya maka di akhir tahun semua akan bahagia si Badrun dapet untung si Ayah juga kembali uangnya +keuntungan 10%.

tetapi apa yang terjadi jika usaha Badrun gagal? Badrun yang dilanda kerugian harus tetap membayar sebesar 110% sesuai yang sudah dijanjikan di awal. dan jika tidak bisa maka bunga akan terus berjalan selama Badrun belum bisa melunasi hutangnya. dalam kondisi seperti ini ada beberapa alternatif yang biasanya dilakukan oleh pihak Badrun

Pertama, mencari pinjaman lagi untuk menutupi hutangnya dan sekaligus memulai lagi bisnisnya dengan harapan bisnisnya akan mampu menutupi hutangnya yang lama dan juga yang baru. Permasalahannya lagi-lagi tidak ada yang bisa menjamin keberhasilan usaha si Badrun dan mungkin saja bukannya tambah untung malah tambah buntung lalu mencari pinjaman baru lagi dan seterusnya, hal ini yang dikatakan bang rhoma irama gali lobang tutup lobang atau seperti kata penulis buku RIch Dad, Poor Dad Robert T Kiyosaki sebagai Rat Race.

Kedua, hal yang bisa dilakukan Badrun adalah menyatakan diri bangkrut seta menjual asetnya kepada pihak lain sehingga hak dan kewajibannya diserahkan kepada pihak yang baru. Misalkan saja Badrun memberikan usahanya kepada adiknya Ahmad yang dinilai mampu mengembalikan performa bisnis usahanya serta melunasi hutang-hutangnya. Tetapi sekali lagi tidak ada yang bisa memberikan kepastian bahwa pemilik baru bisa lebih beruntung daripada sebelumnya sedangkan bunga terus berjalan tanpa menghiraukan kondisi. Kadang kala ketika perusahaan yang terlibat permasalahan ini berskala nasional dan berpengaruh secara luas negara turun tangan untuk menalangi hutang yang terjadi untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional (Bail Out).

Nah intinya adalah bahwa ada kemungkinan ketidakridhaan muncul dari pihak peminjam karena pihak pemilik modal (capital) seperti tidak mau tahu dengan kondisi peminjam, yang difikirkan hanyalah bagaimana modalnya bisa kembali + bunganya dan ketidakridhaan ini muncul akibat perjanjian diawal dimana tingkat pengembalian modal ditentukan sebelum usaha tersebut berjalan dan bagaimana kondisi pasar ketika usaha tersebut berjalan (seperti pada hadits kurma harga ditentukan hanya oleh dua pihak penjual dan pembeli tanpa melihat kondisi pasar)

Lalu bagaimana dengan model finansial syariah?

Begini ketika Badrun meminjan uang kepada ayahnya maka yang bisa dijanjikan oleh Badrun kepada ayahnya adalah perbandingan bagi hasil atas hasil usahanya, misalkan 50:50 jadi jika dalam tahun kesepuluh total keuntungan Badrun adalah 2 Juta maka keuntungan tersebut akan dibagi berdasarkan nilai bagi hasil yang disepakati yaitu 1 juta untuk Badrun 1 Juta untuk ayahnya (tentunya 10 juta pinjaman awal juga dikembalikan atau mungkin tetap dipendam di usaha Badrun untuk melanjutkan usahanya tentunya harus melakukan perjanjian bagi hasil lagi yang baru)

Lalu apa perbedaannya dengan sistem bunga yang pertama? Pada sistem syariah ketika Badrun mengalami kerugian maka jumlah kerugian akan ditanggung sepenuhnya oleh ayahnya kecuali jika kerugian yang terjadi akibat adanya kesalahan pengelolaan oleh Badrun (penipuan, penyelewengan atau penggunaan dana diluar dari untuk usaha yang dijanjikan). Sekilas sistem ini seperti merugikan pihak peminjam tetapi jika kita lihat secara lingkup lebih luas sistem ini menerapkan prinsip keadilan. Dengan sistem ini baik kaum kapitalis (pemilik modal) maupun kaum entepreneur sama-sama berpikir untuk menjalankan usaha dengan baik dan benar agar mencapai keuntungan yang diinginkan selain itu sudut pandang dari pemilik modal tidak hanya tentang reasonable rate of return tetapi akan kekuasaan Allah dalam memberikan rizki bagi setiap makhluknya. Dan nilai “kepasrahan” inilah yang sangat diridhoi oleh Allah SWT.

 

Seperti Antithesis dari Quotes yang penulis ambil dari film film ke 22 James Bond : Casino Royale

  • Freedom Fighter : Do you believe in God, Mr Le Chiffre?
  • Le Chiffre : No. I believe in reasonable rate of return

Sistem ini juga menghindarkan perekonomian daripada apa yang disebut bubling yaitu piutang yang tidak riil (bunga dari pinjaman), jika kita bandingkan dengan sistem pertama disini keuntungan yang diharapkan terjadi oleh pemilik modal bukanlah bunga dari uang yang dipinjamkan tetapi hasil usaha yang riil dan berhasil. Tentunya dapat kita bedakan antara hasil bunga (nilai ini tidak bisa dikatakan riil karena belum tentu sebab jika keuntungan tidak diraih darimana bunga tersebut memiliki nilai?) dan jika nilai bubling ini sudah sangat tinggi bukankah akan terjadi kekacauan tingkat tinggi?

 

 

Allahualam bishawab,

Selanjutnya akan dikisahkan tentang tipe peminjaman dengan ekuitas/jaminan.

Reaktif.

Kakak : Dek, ngapain kamu ngasih makan ikan pake permen.

Adik : emang kenapa kak? temen-temen adek ngasih permen juga ke ikan.

Kakak : emang ngga ada yang ngajarin kamu klo ikan itu makannya ya cuma makanan ikan.

Adik : ngga ada kak,

Alkisah ada 12 orang juri yang sedang menyidang suatu kasus pembunuhan dengan bukti-bukti dan argumen yang meyakinkan dari sang jaksa penuntut seluruh juri tersebut seperti sudah memiliki jawaban sebelum perundingan para juri dimulai. Hanya satu orang dari mereka yang masih belum yakin bahwa tuntutan jaksa tersebut sudah benar.

AKhirnya setelah perdebatan panjang satu persatu juri yang tadinya yakin mulai ragu setelah salah seorang juri ini membeberkan fakta-fakta yang dinilai tidak logis dengan tuntutan jaksa. Dan akhirnya keduabelas orang tersebut menyatakan berkebalikan dengan sang jaksa.

“Apa hubungannya dua cerita diatas?”

Ketika kita melihat sebuah kasus atau kondisi umumnya kita memiliki perspektif tentang kasus tersebut dan sering kita terbawa dengan subjektifitas kita sehingga kita cenderung mengabaikan sisi manusiawi dari pelaku. Seperti contoh pertama kita sering menyalahkan kebodohan orang lain yang merugikan orang banyak tetapi mungkin pada dasarnya itu bukanlah kesalahannya karena dia belum mengerti dan tidak ada atau belum ada yang memberinya pengertian.

Sedangkan seperti contoh kedua kita sering menjustifikasi sesuatu dengan bukti-bukti yang hanya disodorkan kepada kita tanpa kita tahu atau meminta pendapat lain dengan dalih orang yang memberikan bukti adalah orang yang terpercaya. Permasalahannya bukan tentang orang yang memberi kita bukti berarti pembohong tapi mungkin saja dia juga melewatkan fakta-fakta yang ada karena kita adalah manusia dimana penuh salah dan lupa.Selain itu ada kemungkinan juga bahwa orang yang memberikan informasi adalah orang yang ingin menutupi kebenaran.

Untuk mengcover human error biasanya kita membuat sistem. Misalnya untuk mengurangi keteledoran manusia maka dibuatlah pengecekan safety di proyek-proyek. Kemudian untuk membuat manusia berhati-hati dengan tipuan dunia Tuhan pun menyediakan sistem untuk kita patuhi agar kita selamat.

Apakah dengan menyediakan sistem maka semuanya akan terlaksana dengan benar? Belum tentu haruslah ada yang menjelaskan sejelas-jelasnya tentang seharusnya bagaimana sistem itu berjalan dan bagaimana pelaku-pelaku seharusnya bersikap.

Kembali ke awal bahwa sebelum sistem dapat dimengerti kita tidak bisa menyalahkan kepada para pelakunya sebab kita hanyalah manusia yang tidak lepas dari kesalahan dan kealpaan.

Ramadhan Prep.

this is my second ramadhan as employee not as student. The pressure is different. Yesterday I found a lot about tips and trick how to make your awesome ramadhan in a shar’i way. From planning your ramadhan till make some sunnah fasting to get used  by fasting and it’s complement.

But i think the hardest part preparing for ramadhan in prepare of your heart, like a fall in love is it your heart skip a beat when ramadhan is coming? Is your heart joyful to welcoming the ramadhan once again. If you do not feel it well those tips will help you to gain the “feeling”. Heart and mind is inseparable things, what you mind thought will effect to what your heart feels. And what your mind thought will caused by what your action. This is a natural of how human brain works. Repeated action will cause some reflect memory to our brains and then makes those action as part as our natural bodies movement/action (e.g. your heart beats, your bloodstream etc). And your heart will alarm you if you stop doing your routine.

So have you been prepared for the next Ramadhan

 

Syariah finance

“Pada satu sisi kelebihan kekayaan dapat membahayakan keimanan dan moral. Pada sisi lain kemiskinan dapat menyeret kepada kekufuran”

 

Hadits

 

Pada bagian pertama ini (belum tau akan ada berapa bagian, se bosan penulis aja motongnya gmana haa) akan saya coba dengan menjelaskan pengerian dari riba. (Penulis mencoba mereview dari hasil membaca buku Kaya dan Bahagia Cara Syariah karya Iwan P Pontjowinoto (alumni Teknik Sipil ITB, angkatan berapa ya??) dan juga hasil pertemuan singkat dengan beliau dalam kopi darat pertama Kuya Business and Finance (KUYA BF, ini semacam milis yang terdiri dari alumni teknik sipil itb yang bergerak dalam dunia Business and Finance).

 

Mengikuti jejak beliau saya akan menceritakan sebuah hadits yang menggambarkan apa itu riba. Hadits ini disebut hadits kurma.

 

Pada suatu hari salah seorang sahabat Nabi ingin memberikan buah tangan untuk Baginda Rasullulah Saw. Sahabat tersebut memiliki 100 butir kurma yang hendak diberikan kepada Rasul. Namun kurma tersebut adalah bukan kurma yang terbaik (sebut saja kurma KW 2), sahabat tersebut tentunya ingin memberikan kualitas yang terbaik untuk baginda rasul kemudian sahabat tersebut pergi kepada orang yang memiliki kurma kualitas terbaik. Setelah bertemu kemudian sahabat tersebut menukarkan 100 butir kurmanya dengan 50 butir kurma kelas terbaik tersebut kemudian dengan senang hati sahabat tersebut pergi ke rumah rasul dan memberikan 50 butir kurma terbaik tersebut. Setelah mengetahui asal-muasal kurma tersebut rasul menolak pemberian dari sahabat tersebut. Mengapa? Rasul berkata bahwa tindakan yang dilakukan sahabat tersebut termasuk kedalam riba. Kemudian rasul memerintahkan untuk menukarkan kembali kurma tersebut, kemudian rasul memerintahkan untuk menjual 100 kurma KW 2 yang dimiliki oleh sahabat dijual ke pasar kemudian dari hasil penjualan tersebut belikanlah kurma dengan kualitas terbaik.

 

Apa yang sebenarnya terjadi? Yang perlu diperhatikan disini adalah mekanisme pasar yang terjadi. Pedagang kurma di pasar adalah orang yang sehari-harinya bergelut dengan kurma tentunya pedagang di pasar tahu berapa harga yang pantas untuk setiap jenis kurma. Disini mekanisme pasar berfungsi untuk menakar harga suatu nilai barang untuk menghindari pertukaran yang mungkin saja merugikan salah satu pihak. Dalam kasus diatas bisa saja perbandingan antara kurma kualitas terbaik : kurma KW 2 bukan 1:2 tetapi 3:4 atau 2:5 yang manapun ada kemungkinan membuat salah satu pihak tidak ridha karena memberikan lebih daripada harga pasaran. Inilah yang dimaksud riba yaitu suatu nilai tambah yang batil atau tidak adil. Karena itu riba tidak diperbandingkan dengan bagi hasil tapi diperbandingkan dengan jual-beli.

Kamu orang mana?

Berada di tempat yang baru dimana terdapat beragam orang dari berbagai suku bangsa membuat kita sering diidentifikasi dari daerah asal kita. Teringat pada jaman osjur dulu hal yang perlu diingat dari teman kita selain nama adalah asal daerah. Sebegitu pentingnya pengkader kami mengganggap asal daerah sehingga identitas ini menjadi begitu melekat ketika berkenalan. “nama gw farhan dari jakarta.”

Ketika dulu gw menjawab dari jakarta gw ga merasa salah si soalnya gw merasa banyak yang bernasib sama dan definisi gw asal dari mana maka asusmsi gw ketika adalah dimana gw tinggal sebelum gw kuliah (TK, SD, SMP dan SMA gw di jakarta, pas tk-smp di tangerang sih jakarta coret tapi gw tetap bersekolah di jakarta selatan *udah lewat perbatasan). Setelah lulus dan saat ini bekerja di sebuah perusahaan yang cukup sering berada di lapangan membuat keadaan heterogen kembali terjadi dan secara natural memang sering kali setelah nanya nama hal yang ditanya adalah “dari mana?”.

Jika memakai premis yang sama seperti ketika kuliah maka masa sebelum saya bekerja adalah kuliah di bandung, tapi saya agak aneh klo jawab dari Bandung karena saya merasa cuma “numpang” di Bandung, dan ini membuat gw berpikir ulang “gw kan juga cuma numpang di jakarta? Secara gw ga lahir di jakarta” Dan waktu kemarin ada salah satu temen gw yang bilang “menurut gw ga ada itu orang jakarta, orang jakarta pendatang semua” trus gw balik nanya emang definisi asal daerah tuh apa menurut lo? Beliau cerita klo asal daerah adalah dari suku mana lo berasal. Nah makin bingung gw darimana gw tau asal daerah gw. yang gw tau gw lahir di palembang, pindah ke jakarta umur 3/4 tahun  trus disitu ampe lulus SMA kuliah dan ngekos di bandung dan sekarang di jakarta lagi. Klo dilihat dari silsilah keluarga Bokap gw orang palembang lahir sampe SMA di Palembang kuliah di jakarta kerja di jakarta (pernah di tempatin di palembang sih). Nyokap gw lahir di jakarta dari dulu ampe sekarang di jakarta paling pas ikut bokap gw aja ke palembang. Masih blom bisa menjelaskan asal daerah gw menurut temen gw.

menurut doi asal daerah itu adalah suku yang mengalir dalam keluarga lo. Nah loh makin bingung gw gimana cara melacaknya apa gw mesti keatasnya lagi melihat silsilah kake nenek gw. Aduh agak ribet ya. Mungkin ini kali ya penyebab knapa orang dulu sering memurnikan suku nya klo mencari jodoh biar anaknya ga pusing klo ditanyain asalnya dari mana. akhirnya gw berkesimpulan bahwa asal daerah adalah dimana daerah yang telah membentuk karakter gw, dimana gw tumbuh dan berkembang menjadi sebuah makhluk yang beridentitas dan berlogat dan gw menjawab klo gw dari jakarta. dimana gw banyak beradaptasi dengan lingkungan jakarta dan dengan segala gaya hidup di dalamnya. Ada pendapat lain sesungguhnya saya masih belum yakin sih atas definisi yang saya buat tentang asal daerah..

Lots Works to do

How to make a dream come true?

as i walk my path, there is always an obstacle thrown between me and my goal.

Tentu hal ini dirasakan oleh semua orang. Ketika memiliki suatu mimpi pasti ada halangan yang berada di jalannya. Dari hal-hal kecil sampai hal-hal besar dan tentu saja semakin besar mimpi kita semakin besar pula resistensi dari alam ini. Jika kita tidak mengalami tantangan maka hal tersebut bukanlah sesuatu yang baik.

Bagaimana bisa yakin? Bukankah iblis telah bersumpah akan menghalangi/menggoda umat manusia dari jalan yang lurus. Jadi kesimpulannya klo anda merasa tidak berat menjalani hidup mungkin anda harus mulai bertanya apakah saya sudah di jalan yang lurus?

Its just my thoughts.

Jadi bagaimana menghadapinya? Kalau ada masalah apa kita melarikan diri? mengganggap itu hal biasa kemudian tidak berbuat apa-apa? Memikirkannya dan galau di dalamnya?

Salah satu teman pernah berkata bahwa sesungguhnya kita bisa mencapai apapun yang kita inginkan dengan kekuatan kita sendiri. dengan kepercayaan diri kita sendiri semua hal bisa kita lakukan tinggal bagaimana kita melakukannya. Yang jadi soal adalah apakah kita cukup berani untuk memulainya? jelas akan ada pekerjaan yang harus dilakukan banyak hal yang harus disiapkan tapi itulah hidup. A lloooootttt works to do..

So just lets start and never stop

Live its always have a happy ending if its not so its not the end.

SANDAL JEPIT

its not judgement its a self reminder

indisipliner.

kata tersebut adalah salah satu permasalahan yang kerap timbul dan berakibat fatal terhadap keberjalanan sistem. Sistem? Apa itu sistem? Yang saya maksud sistem disini adalah suatu kumpulan prosedur yang dijalankan oleh subjek-subjek dengan tujuan untuk mencapai suatu objektif. Sistem disini bisa dari hal-hal yang besar hingga hal-hal kecil.

Salah satu sistem yang simpel adalah sistem pembuangan air kloset. Sistem ini bisa dilakukan secara mekanis menggunakan sistem plumbing, ketika kotoran yang terkumpul di lubang kloset diguyur dengan air maka sistem plumbing akan menghantarkan air tersebut ke septic tank dan juga dengan sistem plumbing ini mencegah air kotor tersebut kembali lagi ke lubang kloset sekaligus menahan aroma tidak sedap.

Sistem bisa dijalankan oleh mesin/ alat mekanis atau juga bisa dikerjakan oleh manusia. Sistem yang dijalankan manusia misalnya adalah sistem pengerjaan galian dan timbunan. Seorang mandor menyiapkan sistem kerja yang mengestimasi kapasitas seorang pekerja dibagi jumlah pekerjaan yang harus dilakukan sehingga didapatkan estimasi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan.

Perbedaan antara manusia dan mesin manusia memiliki akal dan pikiran sedangkan mesin hanya butuh consumables dan perawatan untuk berjalan. Sedangkan manusia selain butuh “asupan” juga butuh “motivasi”. Motivasi dapat timbul dari sistem yang baik dan juga lingkungan yang mendukung. Sebagai bagian dari sistem sebagai subjek yang baik kita seharusnya memiliki kapabilitas yang mumpuni ketika mendapatkan kepercayaan menjadi penggerak pada suatu sistem. Dan juga sebagai bagian dari lingkungan sudah seharusnya kita juga menjaga kesinambungan lingkungan yang kondusif.

Salah satu sikap mental yang diperlukan untuk menjadi bagian dari sistem yang baik adalah sikap disiplin. Disiplin menjalankan tugas yang sudah dipercayakan atau disiplin dalam menjalakan ketentuan untuk menjaga kesinambungan lingkungan.

Contoh kecil yang sering menjadi masalah adalah alas kaki. Untuk menmpuh dari satu titik ke titik lainnya kita terkadang membutuhkan alas kaki dan apabila pada tempat kita beraktivitas diminta untuk  melepas alas kaki maka sendal jepit adalah pilihan tepat. Karena menganggap ah hanya sendal jepit, kita bisa saja meminjam tanpa izin danbahkan tidak mengembalikan ke tempat kita mengambil tanpa rasa bersalah. Hal kecil ini menjadi budaya dalam lingkungan yang membentuk mental indisiplin. Kita tidak disiplin terhadap kebutuhan orang lain dan menghargai kepemilikan orang lain.

Mungkin kita berpikir bahwa hal ini adalah hal yang sepele tapi pada dasarnya hal ini yang membuat kita selalu permisif terhadap hal-hal yang berkaitan dengan indispliner dan terkait dengan sistem yang lebih besar. Ketika kita sudah merancang sistem yang sedemikian hebat untuk para subjek ketika kita tidak bisa mendisiplinkan subjek untuk mengikuti sistem yang ada maka hasilnya adalah kesia-siaan belaka.

Memang manusia tidak ada yang sempurna, tapi bukan berarti itu menjadi pembenaran untuk tindakan indisipliner.

Mari memulai dari hal yang kecil dan ciptakan llingkungan yang kondusif.

KEMERDEKAAN itu fiksi

 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi online kemerdekaan memiliki arti

ke.mer.de.ka.an[n] keadaan (hal) berdiri sendiri (bebas, lepas, tidak terjajah lagi, dsb); kebebasan:

Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/kemerdekaan#

 

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kemerdekaan adalah kondisi dimana kita memiliki kebebasan atau kehendak bebas terhadap bentuk apapun yang mengekang diri kita. Tidak bergantung pada apapun atau siapapun. Pertanyaannya apakah hal tersebut mungkin?

Ketika zaman penjajahan berlangsung (kalo ga salah Indonesia pernah di jajah Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris dan Jepang *pengetahuna tentnag sejarah gw buruk) kaum asli Indonesia atau orang belanda menyebutnya inlander sering merasa diperlakukan semena-mena dan tidak berperikemanusiaan, penderitaan tersebut dirasakan terus-menerus sampai saat dimana inlander ini merasa harus ada perubahan keadaan dan mendefinisikan perubahan tersebut dalam frame berpikir yang didefinisikan sebagai “merdeka”.

Dalam konteks tersebut maka makna kemerdekaan yang dimaksud adalah kebebasan dari penjajahan yang menyengsarakan inlander, para founding fathers bangsa ini merasa bahwa sudah sepantasnya kita warga Negara Indonesia memiliki kekuasaan sendiri atau territory yang diakui oleh masyarakat dunia sehingga bangsa Indonesia dapat terbebas dari penjajahan yang menyengsarakan.

Lalu setelah Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan 17 Agustus 66 tahun silam apakah saat ini kita sudah “merdeka” ataukah sesungguhnya kita masih dibawah jajahan-jajahan baru? Kalau kata aktivis-aktivis kemahasiswaan ada yang bilang kalau sebenernya kita ini masih dijajah, masih dijajah oleh kapitalisme atau neoliberalisme melalui korporasi-korporasi asing yangmenancapkan kuku-kukunya di bumi ibu pertiwi dan mengeruk sumber daya kita dan menyisakkan sedikit untuk inlander just like the old time.

“Jadi sekarang sebenarnya kita sudah merdeka atau belum?”

Jika dilihat dari segi bahasa menurut saya kita belum merdeka, mengapa? karena kita masih belum bisa berdiri sendiri kita belum bisa bebas bergerak kita masih diatur oleh kepentingan-kepentingan yang tidak bersumber dari diri kita. Tapi menurut saya juga sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hal yang tidak mungkin.

“Mengapa?”

Apakah mungkin kita hidup tanpa bergantung pada siapapun? Ketika kita masih kecil hingga kita bekerja untuk sebagian besar masyarakat menengah apa kita bisa hidup tanpa bergantung pada orangtua? Ketika kita sudah bekerja (jika kita bekerja di perusahaan orang lain) apa kita tidak bergantung pada kapabilitas perusahaan tempat kita bekerja? Apabila kita sudah memiliki usaha sendiri apa mungkin kita tidak bergantung pada pengambil kebijaksanaan? Dan apabila kita berada pada pengambil kebijaksanaan apa kita tidak bergantung kepada “untuk siapa kebijaksanaan itu dibuat”. Artinya manusia secara dunia fisik tidak mungkin dapat merdeka sepenuhnya. Jika kita merujuk kepada definisi kemerdekaan menurut etimologisnya yaitu kedaan tidak bergantung pada siapapun.

“Benar dalam dunia fisik kita akan selalu terikat pada peraturan-peraturan seperti kata Pramodya Kemerdekaan itu sejak dalam pikiran. Kemudian kebenaran yang ada di Dunia ini adalah kebenaran yang diperjuangkan oleh orang-orang yang berpikir”

Benarkah? Saya juga tidak sependapat bahwa kemerdekaan itu bisa ada dalam pikiran, mengapa? Menurut saya apa yang kita pikirkan adalah endapan dari pengetahuan yang ditanamkan kepada kita sejak kecil. Ketika kita kecil kita hanya akan menyerap apapun yang diberikan kepada kita bukan karena otak kita masih belum mampu memproses dengan akal tetapi hanya mampu melakukan peniruan dan pengulangan. Ketika kita dewasa endapan-endapan tersebut yang kemudian bertaransformasi dalam lingkungan kita tumbuh yang membentuk “prinsip” dalam pikiran kita. Artinya apa yang dibentuk dalam pikiran kita adalah hasil pilihan dari doktrin-doktrin yang ada diluar diri kita. Ketika doktrin tersebut telah mengendap di kepala kita maka pikiran kita tidak bisa disebut lagi merdeka karena terikat dan tidak terbebas dari doktrin yang kita anut.

“Mungkin hal yang paling bisa bebas merdeka adalah Hati kita, ketika kita selalu berkaca pada hati kecil kita, kita akan selalu mendapat pencerahan bukan”

Awalnya saya sangat sepakat, ketika fisik dan pikiran kita terbelenggu dengan aturan yang ada dan doktrin yang mengakar maka satu-satunya tempat kita bercermin adalah dengan berbicara dengan hati nurani kita. Ketika kita merasa benar dan salah berada dalam keabu-abuan yang menjerumuskan maka kita tinggal bertanya kepada hati kita apakah hal tersebut benar atau salah dan hati kita akan membisikkan dari alam bawah sadar kita.

Tetapi kenyataannya semakin kita terlena dalam keterjajahan fisik dan pikiran maka hati kita pun akan ikut terjajah. Ketika seharusnya hati menjadi tempat bercermin justru hati dipenuhi dengan rasa yang tidak penting seperti cinta yang buta, amarah yang mendendam, iri yang mendengki dan prasangka yang mengghibahkan. Hati menjadi tempat perasaan negative berkecambuk akibat kondisi fisik dan pemikiran yang secara intensif dikendalikan oleh media-media “penjajah”. Lingkungan fisik dan doktrin-doktrin yang secara intensif mengkerdilkan fungsi hati yang tadinya untuk menenteramkan jiwa menjadio sebuah pembenaran untuk melakukan hal-hal yang tidak masuk akal. Hati yang seharusnya menjadi tempat untuk bertanya dan merasa tentang benar dan salah dikerdilkan hanya menjadi satu ruang yang dipenuhi oleh suatu nama atau suatu angan.

“jadi secara fisik kita dijajah dengan aturan dan kepentingan, secara pikiran kita dijajah dengan doktrin-doktrin yang ada dan secara hati kita dijajah oleh angan dan mimpi.”

Iya, begitulah menurut saya dan konklusinya menurut saya kemerdekaan hanyalah sebuah konsep utopia yang dibuat agar setiap manusia merasa memiliki hak-hak yang harus yang biasa kita sebut hak azasi manusia padahal selain memiliki hak tentunya kita juga harus mempunyai kewajiban sebagai manusia juga bukan? Jadi menurut saya kemerdekaan sejatinya bukanlah tidak bergantung pada siapapun tapi kebebasan untuk memilih ingin bergantung dengan siapa atau dengan apa. Dan tentunya ketika kita berkomitmen untuk menggantungkan diri pada sesuatu akan muncul hak dan kewajiban.

Jadi Anda mengaku sebagai manusia merdeka kepada siapa anda merelakan diri anda untuk “dijajah”

Ingin secara fisik oleh aturan-aturan atau kepentingan orang lain.

Ingin secara pikiran oleh doktrin-doktrin tertentu.

Ingin secara hati oleh seseorang  atau suatu angan.

Yang tentunya masing-masing pilihan mendatangkan hak dan kewajiban masing-masing

“LIVE IS NOT ABOUT FULFILL YOUR DESTINY, LIVE IS ABOUT CHOSSING AND SURVIVING THE CONSEQUENCES”

 

Exception

We always made a standard by our self about something. About food that we’re gonna eat. The shoes that we’re gonna buy etcetera. Although we don’t always get what we want and we don’t always get what we think we deserve to get.

Lo bisa suka sama seseorang karena kelebihan-kelebihan yang dia punya, tapi lo cuma bisa mencintai seseorang ketika lo bisa memahami kekurangan-kekurangannya.

Yang pada akhirnya membuat kita harus membuat pengecualian dari kesempurnaan yang kita harapkan. Sebaliknya juga kita sendiri bukanlah orang yang sempurna. Seyakin apapun kita memiliki keyakinan ataupun sehebat apapun keteguhan kita akan suatu prinsip pasti akan terbentur dengan realita, terbentur dengan kesadaran dari akal ataupun perasaan dari hati. Yang pada akhirnya kita menyerah jatuh dalam sesuatu kekuasaan yang lebih besar yang tak tergambarkan dan tak terbantahkan sehingga kita membuat pengecualian terhadap apa yang selama ini kita anggap benar, suatu yang membuat kita merdeka tanpa beban dan tanpa tanggung jawab.

When I was younger, I saw my daddy cry
And curse at the wind
He broke his own heart and I watched
As he tried to reassemble it

And my momma swore that
She would never let herself forget
And that was the day that I promised
I’d never sing of love if it does not exist

But darling, you are the only exception

Maybe I know, somewhere deep in my soul
That love never lasts
And we’ve got to find other ways to make it alone
Or keep a straight face

And I’ve always lived like this
Keeping a comfortable distance
And up until now I had sworn to myself that I’m content with loneliness
Because none of it was ever worth the risk

But you are the only exception

I’ve got a tight grip on reality
But I can’t let go of what’s in front of me here
I know you’re leaving in the morning when you wake up
Leave me with some kind of proof, it’s not a dream, oh

And I’m on my way to believing
Oh, and I’m on my way to believing

Sepahit apapun kita terhadap pengalaman yang telah lalu ataupun melihat orang-orang di sekitar kita yang akhirnya membentuk frame berpikir dalam hidup kita kelak kita tetap akan membuat pengecualian.

Pertanyaan

Why we give the exception for it?

Fashion Engineer

Mendengar kata Fashion yang terbayang dalam pikiran gw adalah masalah penampilan, mulai dari baju, celana, sepatu, potongan rambut, tas sampe yang kecil-kecil macam gelang dan lain-lain. Penampilan adalah salah satu identitas diri manusia untuk mengekspresikan sesuatu dalam dirinya atau suatu pencitraan awal dirinya terhadap dunia luar. Artinya penampilan adalah gerbang awal bagi seorang manusia untuk berinteraksi dengan dunianya. Dunia di luar dirinya.

Namun fashion sudah sering bergeser makna bukan lagi sekadar definisi tentang jatidiri tapi menjadi barometer dari penampilan itu sendiri. Fashion menjadi sebuah acuan bagi tiap individu untuk memasuki kelas-kelas tertentu dalam dunia. Artinya jika anda ingin masuk kedalam suatu kelas tertentu anda harus menunjukkan penampilan anda sehingga pantas ada dalam kelas tersebut.

“Fashion bergeser makna dari bagaimana seorang individu mengekspresikan diri menjadi, bagaimana seorang individu berpenampilan agar diterima dalam kelas yang dia inginkan.”

Secara lebih luas lagi ternyata dunia yang dibentuk manusia tidak hanya mengatur masalah penampilan atau pencitraan tetapi  juga tujuan dan parameter kesuksesan seseorang individu. Secara global parameter yang paling mudah adalah masalah ‘UANG’ dan/atau ‘KEKUASAAN’ dua hal tersebut adalah hal paling umum yang dijadikan parameter kesuksesan dalam hidup. Karena itu manusia selalu berlomba-lomba mengejar keduanya baik secara sadar maupun karena terjebak dalam system yang ada dunia itu sendiri atau menjadi ‘korban mode’ dari ‘fashion’ dunia.

Beralih kepada hal yang lebih spesifik lalu apa itu engineer? Engineer adalah Rekawan, Engineering adalah Rekayasa. Apa yang di rekayasa? Pada dasarnya hal-hal yang di rekayasa oleh bidang engineering adalah apapun yang ada di dunia ini supaya suatu hal bisa dilakukan dengan lebih mudah, lebih cepat dan lebih murah. Namun tentunya ada investasi yang harus dilakukan diawal sebelum kita dapat menuai buah keberhasilan atau dalam bahasa ekonominya marjin keuntungan.

“Kalau begitu setiap engineer seharusnya selalu untung dong, kalau tidak dia tidak melakukan aktivitas engineering bukan?” Yap semua engineer jika melakukan pekerjaan dengan benar pasti selalu mendapatkan keuntungan dari hasil perkerjaannya permasalahannya seberapa besar keuntungannya? Biasanya pertanyaan yang muncul adalah berapa keuntungan yang dihasilkan oleh seorang engineer? Pertanyaan umum setiap orang adalah “biasanya berapa”, “kalo udah lulus ekspetasi orang-orang dapat rate berapa”, “Klo udah lulus pengen di perusahaan kaya apa” hal-hal macam ini yang membuat seorang engineer sebagai individu terframe akan suatu DUNIA FASHION ENGINEER. Dalam definisi fashion yang baru yaitu BAGAIMANA SEORANG INDIVIDU BERPENAMPILAN AGAR DITERIMA DALAM KELAS YANG MEREKA INGINKAN.

Tapi hidup itu kan pilihan, apakah Anda mau ikut dalam arus mode dalam Fashion Engineer atau anda ingin melakukan Rekayasa semata-mata demi dunia yang lebih baik terlepas dari keuntungan secara “UANG” dan “KEKUASAAN”  dan menciptakan TREND FASHION BARU dalam definisi fashion lama BAGAIMANA SEORANG INDIVIDU MENGEKSPRESIKAN DIRI.

 Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu me-nyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)